Selo, Surganya Sabana



Hai guys! Ketemu lagi dengan cerita baruku. Ini adalah petualanganku di awal bulan Mei. Cekidottt..
Kira-kira sudah hampir satu tahun ini aku gak “manjat” gunung, terakhir bulan Mei ke G. Slamet dan Juninya ke Sindoro. Dan setelah itu, aku disibukkan dengan jadwal padat menjelang Ujian Nasional. Rasa penat sudah memuncak di ubun-ubunku. Dan aku harus naik lagi tahun ini!





Untungnya, kakaku berinisiatif untuk mengajakku dan kedua sepupuku, Surya dan Riyan untuk naik gunung. Awalnya cuma ada niatan nge-camp di pos I G.Slamet tapi karena status Slamet yang ‘waspada’ akhirnya camcer dibatalkan. Dan sangat kebetulan pada tanggal 10 Mei 2014 aku ada USM STIS di Jogja, walhasil planing B pun terbentuk.
Hari Minggu, 11 Mei 2014 kami berempat meluncur dari Jogja ke Selo dengan tujuan Gunung Merbabu (3142 mdpl).

Perjalan panjang dan melelahkan selama 3 jam pun kami lalui. Berangkat dari Jogja pukul 9 dan baru sampai basecamp waktu adzan dzuhur. Kami rehat sejenak, meluruskan punggung kami yang bengkok karena perjalanan tadi. Setelah itu packing ulang, bayar retribusi, makan siang, dan shalat. Sekitar pukul 01.30 kami pemanasan dan siap mendaki.
Di gerbang pendakian, kami poto-poto dulu sebagai salam perpisahan kepada peradaban untuk 1 hari ke depan.


Setelah itu, kami langsung memulai pendakian. Pada hari itu banyak pendaki yang baru turun dari puncak sekedar untuk menghabiskan malam minggu di Merbabu. Seperti biasa, adat pendaki pasti menegur atau melempar senyum sana sini kepada para pendaki yang lain. Meskipun ga tau namanya, ga tau asalnya tapi kaya orang udah kenal lama. Itu uniknya pendaki Indonesia.
Dan medan pertama yang kami lalui adalah jalan yang menanjak tiada berujung dengan hutan di sekelilingnya, trek awal saja sudah buat aku drop. Tapi dengan semangat rekan pendaki yang lain akhirnya aku bisa bangkit lagi, meski perjalanan akhirnya terlambat sampai pos 1.
Di pos 1 kami istirahat sejenak, di sana kami berjumpa dengan banyak pendaki yang berasal dari berbagai daerah. Setelah makan roti, minum dan istirahat sekitar 10  menit, kami akhirnya berangkat lagi menuju pos 2. Karena keterlambatan sampai di pos 1, aku langsung “ngengkreg” jalan di depan sendirian. Pokoknya paling tidak kami harus sampai di pos sabana 1 sebelum maghrib. Trek yang kami lalui menuju pos 2 ini hampir sama seperti trek menuju pos 1. Masih banyak pohon-pohon tinggi di kanan dan kiri kami, jadi sedikit mengingatkanku pada pendakian ke G. Slamet yang vegetasinya berupa hutan-hutan. Bedanya, trek kali ini banyak bonus berupa jalan mendatar jadi bisa lari kecil sepanjang jalan mendatar itu. Tapi tetep harus fokus, karena kalo tidak hati-hati bisa terpeleset masuk ke jurang di sebelah kanan.
Sepanjang perjalanan kami tanya sana-sini pos 2 masih jauh atau tidak, jawabannya pasti ya sebentar lagi. Tapi tidak sampai-sampai, akhirnya kami sampai di pos bayangan sebelum pos 2. Karena perjalanan cukup panjang dan melelahkan, kami putuskan saja untuk istirahat di pos bayangan tersebut,

Setelah cukup, lanjut ke pos 2. Sampai di pos 2 kami lanjut ke pos 3, karena tadi sudah istirahat di pos bayangan. Perjalanan menuju pos 3 sudah mulai jarang terdapat pohon-pohon tinggi, hanya ilalang dan tanah-tanah menanjak yang cukup lembab.

Diselingi dengan lagu-lagu gak jelas dari handphone tak terasa kami sampai juga di pos 3. Pos 3 merupakan tempat terbuka yang sangat luas. Jam menujukkan pikul setengah 5 sore. Di sana, kami beristirahat sambil berbincang-bincang dengan pendaki yang baru turun dari puncak. Katanya setelah ini adalah perjalanan yang paling sulit selama pendakian. Jalan menanjak dengan kemiringan 60o. Tapi mereka merekomendasikan untuk tetap lanjut dibanding harus nge-camp di pos 3 ini, karena perjalanan menuju puncak dari sini masih sekitar 3 jam lagi.
Dan setelah cukup istirahat dan mendapat info dari pendaki tadi, kami pun cus menuju ke pos 4, Sabana 1. Dan ternyata omongan pendaki tadi memang benar adanya. Jalan nanjak banget! Plus tanahnya yang licin bikin beberapa dari kami terpeleset beberapa kali. Oke, pokoknya harus tetep semangat dan ga boleh putus asa di jalan ini. Meski “dengkul” ini sudah menolak untuk berjalan lagi, tapi tetep otak yang megang kendali. Naik terus terus terus dan terus. Sampai di tempat datar pukul setengah 6, langit mulai gelap dan hawa dingin mulai menusuk-nusuk. Kami mengeluarkan senter untuk penerangan karena masih ada setengah jam lagi untuk sampai ke sabana 1.

Senja yang menawan, kami lihat dan rasakan sebagai pengobat rasa lelah kami. Lanjut! Kami berjalan beriringan, memastikan tidak ada yang terpisah jauh. Setengah jam hanya naik dan terus naik, dan aku memang paling benci jalan malam. Waktu berlalu cukup cepat, kini kita sudah sampai di pos 4 SABANA 1. Cari tempat yang sedikit tertutup supaya dome kami tidak terhempas angin, setelah itu bagi tugas. Diriin tenda, lalu ada yang beres-beres di dalem tenda, siapin alat masak. Setelah semua udah siap, pertama sendiri adalah bikin air! Gila ini malam terdingin yang pernah aku lalui selama petualangan mendakiku. Tanggal 11 adalah waktunya bulan separo muncul, dihiasi dengan ribuan bintang di sekelilingnya. Indah sekali, tapi aku lebih memilih tiduran di dome. :v
Menu malam ini adalah sop jagung, setelah itu nunggu turun tuh makanan, dan tidur sekitar jam 9. Kita punya planing jam 3 buat bangun. Dan malam terasa sangat sangat sanggaaaatt panjang. Waktu aku keluar dome buat buang air aja itu baru jam 11, bayangkan saja kita tidur baru 2 jam yang kami kira itu udah jam 3 sedangkan tenda sebelah terdengar dengkuran sementara kita malah cekikikan mengetahui fakta yang ada. Waks, kayaknya malam ini bakal jadi malam terpanjang. Jam 2 aku bangun lagi karena kebelet lagi, buset dah karena pengaruh udara yang dingin minta ampun aku sampe buang air 2 kali. Setelah itu, kita ga bisa tidur lagi, akhirnya Cuma tidur-tiduran sampe jam setengah 3. Kami pun bangun, duduk-duduk dulu. Terus buat ngangetin badan kita buat api, sambil bikin air, jahe, kopi, lanjut bikin mie, packing buat ke puncak. Akhirnya sekitar jam 4 kami summit attack!
Trek menuju Sabana 2 masih lumayan, naik bentar terus turun. Dan ketika kita udah sampai di Sabana 2, ternyata ada juga orang yang ngecamp di sana. Sabana 2 merupakan tempat yang lebih bagus buat ngecamp, apalagi bagi para pemburu sunrise. Kita bisa lebih cepet sampe puncak kalo ngecamp di sini.
Setelah Sabana 2, treknya ampun dah. Nanjak teross, dan pada akhirnya ya kembali seperti perjalanan di awal. Alon-alon asal kelakon, Lirih-lirih asal gurih. Walhasil kita cuma bisa liat sunrise di bukit sebelum puncak kira kira pukul setengah 6an. 

Dan pukul 6 kita sudah berhasil sampai puncak! Alhamdulillah, setidaknya kelelahan kita selama satu hari kemarin terbayar dengan pemandangan yang WOW sekali. Ciptaan Allah memang sempurna. Di sebelah selatan ada Sang Merapi yang berani, sebelah barat ada Sindoro Sumbing.

Huah, rasanya puas sekali. Seperti biasa, jepret sana jepret sini, habis itu makan cemilan dan jahe. Dan percayalah! Rasanya itu jauh lebih nikmat brosist!! 
Setelah itu, inilah ritualku jika sudah samapai di puncak. Bisa dipraktekan juga untuk kalian readers. Ritualku ini mudah kok.

Cukup dengan berdiri diam, memandang bukit dan lembah-lembah yang kemarin kau lalui. Setelah itu tarik napas yang dalam, rasakanlah oksigen-okseigen yang memenuhi rongga dadamu lalu buang semua itu terbang bersama masalah-masalah yang telah kau alami. Ambillah kesimpulan dari perjalanan itu. Bahwasanya semua rintangan yang kamu lalui di bawah sana, waktu-waktu tersulitmu kemarin, jika kau tetap tegak tegar dan pantang berputus asa, maka kau pasti akan berhasil mencapai sebuah kesuksesan seperti aku yang berhasil mencapai puncak Merbabu ini.
Setelah puas di puncak kami pun turun ke camp kami di Sabana 1. Sampai di Sabana 2 kami poto-poto dulu, karena view di situ bagus banget. Asli!

Puas jepret-jepret, kita lanjut turun ke camp. Sampai di camp kita istirahat sambil masak, terus makan, terus bongkar dome, terus packing ulang. Sebenernya kita mau poto berempat juga di Sabana 1 karena view di situ juga oke punya, tapi ga jadi.
Jam 10 kita turun dengan santai. Muas-muasin mata sebelum kembali ke kehidupan semula. Kita sempet istirahat lama di tanah datar atas pos 1. Di situ, kamu bisa liat bajing-bajing liar pada lompat kesana-sini diiringi dengan lagu-lagu yang masih ga jelas genrenya apa. Abis itu, lanjut turun lagi dengan ogah-ogahan karena kita tau, besok harus balik kuliah, balik Purbalingga, balik sekolah. Dan sampailah kita di base camp sekitar jam 2 siang. Istirahat, makan siang, cuci muka, beli souvenir, dan meluncur ke Yogyakarta.
Tips-tips pendakian Merbabu Via Selo :
1.     Berangkat dari tempat asal pagi-pagi, jadi sampe di Selo sekitar jam 10 itu oke.
2.    Mulai jalan jam 11an itu oke, jadi ga bakal nabrak malem.
3.    Ngecamp di Sabana 2 aja, yang lebih deket ke puncak
4.    Yang mau dapet sunrise di puncak, summit attacknya jam 4an dari Sabana 2
5.    Jangan mudah drop, kalo liat trek yang minta ampun nanjaknya.
6.    Logistik harus lengkap, dari SB, Jaket, P3K, wajib bawa.
7.    Browsing dulu tentang medan, vegetasi, dan bulan yang bagus buat manjat (jangan pas ujan) karena bakal licin banget.
8.    Jaga kondisi tubuh sebelum manjat, harus lagi fit, biar ga sakit waktu di atas.
9.    Streching dulu ya, biar ga cepet cape.
10. Tetap semangat, Jangan menyerah, Insha Allah ini akan jadi salah satu perjalanan terindah dalam hidup kalian.
Itulah tadi petualanganku di Merbabu via Selo. Semoga bermanfaa. Sampai bertemu di
postingan selanjutnya ya.. Dadah...




 #Dandan dulu biar necis. Ciiiiiiisssssss (^_^)v

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Flash Back

21 April 1959 – 10 November 2013